"Sangat membantu kami, apalagi untuk warga yang sudah tua dan anak - anak serta beliata karena disini tidak ada tempat berobat atau dokter. Adanya hanya di Pojok Klitih," ujar Kamiji, warga Dusun Nampu, dilansir dari news.okezone.com
Menurut Kasmiaji, jika sakit, sebanyak 126 jiwa dari 44 kepala keluarga yang tinggal di Dusun Nampu, desa Pojok Klitih, terpaksa berjalan lebih dari dua jam hanya untuk mendapatkan perawatan medis. Itu pun dengan segala keterbatasan peralatan medis yang disediakan di puskesmas pembantu.
"Kalau musim hujan seperti ini, mau tidak mau warga harus jalan kaki untuk bisa sampai ke desa, karena air sungar tinggi, sepeda motor tidak bisa melintas, "ucapnya.
Hal senada disampaikan Ana Sofiana, warga dusun Nampu lainnya. Menurutnya, putusnya akses menuju Dusun Nampu sangat merugikan warga. Pasalnya, warga harus bersusah payah hanya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan maupun pendidikan.
"Kalau musim hujan warga sakit atau ibu hamil yang mau melahirkan itu diangkut menggunakan tandu untuk bisa sampai ke puskesmas. Selain itu, anak - anak disini yang sekolah SMP dan SMA sudah tidak sekolah kalau air sungai banjir. Itu karena tidak ada jalan lain menuju sekolah," paparannya.
Warga Dusun Nampu berharap pemerintah daerah tak tutup mata dengan kondisi warga. Mereka berharap pemerintah membangun sarana berupa jembatan sehingga dapat digunakan warga.
"Dulu pernah kami mengajukan ke pemda, tapi belum berhasil. Alasannya pemda itu asas kemanfaatan. Kalau orang sini itu memang hanya 126 jiwa, tapi kami juga butuh. Kami juga warga Jombang yang seharusnya mendapatkan hak yang sama dengan warga lainnya," ucapnya.
sumber : news.okezone.com
0 komentar:
Posting Komentar